PENILAIAN KINERJA
Pengertian Penilaian Kinerja
Sedangkan menurut Dessler(2003)
penilaian kinerja adalah mengevaluasi kinerja relatif karyawan saat ini
dan/atau di masa lalu terhadap standar prestasinya.
Umpan Balik 360°
Dalam metode ini, orang-orang di
seluruh tingkatan memberikan penilaian, termasuk atasan, rekan kerja, bawahan,
pelanggan internal dan eksternal, juga diri sendiri. Metode umpan balik 360o menyediakan
ukuran yang lebih objektif untuk menilai kinerja.
Proses Penilaian
Kinerja
Menurut Mondy dan Noe(2005), ada lima langkah dalam
proses penilaian kinerja, yang dapat dilihat pada gambar 1. berikut ini
Sunber: Mondy & Noe(2005)
Kriteria Kinerja
Dalam menetapkan kriteria kinerja, Mondy &
Noe(2005) membagi menjadi beberapa kritera,yaitu :
1.
Ciri-ciri. Ciri-ciri karyawan tertentu
seperti sikap, penampilan, dan inisiatif merupakan dasar untuk evaluasi.
2.
Perilaku
Ketika hasil dari tugas individu sulit untuk ditentukan, organisasi dapat
mengevaluasi perilaku seseorang yang terkait dengan tugas atau kompetensi.
3. Kompetensi
Kompetensi terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, sifat dan perilaku, dan berhubungan dengan keterampilan
interpersonal atau berorientasi bisnis.
4. Pencapaian tujuan
Jika organisasi mempertimbangkan hasil akhir pencapaian tujuan sebagai
suatu hal yang berarti, hasil pencapaian tujuan akan menjadi faktor yang tepat
untuk dievaluasi untuk dibandingkan dengan standar.
5. Peningkatan potensi
Ketika organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, kriteria difokuskan pada
masa lalu, masa sekarang, dibandingkan dengan standar.
Tanggung-jawab Penilaian
Menurut
Mondy & Noe(2005) dalam kebanyakan
organisasi, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan desain dan pelaksanaan program penilaian kinerja. Orang yang
mungkin ditunjuk adalah:
1.
Atasan langsung.
Atasan langsung bertanggung-jawab untuk
menilai kinerja karena dialah yang setiap saat dapat mengamati para
karyawan.
2. Bawahan
Bawahan berada dalam posisi yang tepat
untuk menilai efektivitas manajerial. Pendukung pendekatan ini percaya
bahwa atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok kerja dan dapat membuat
pekerjaan lebih baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa bawahan takut
akan pembalasan.
3. Peers
Kekuatan utama untuk menilai kinerja
adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan pandangan yang khas, terutama
dalam tugas-tugas tim.
4. Evaluasi diri
Jika karyawan memahami tujuan dan kriteria
untuk evaluasi, mereka memiliki posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka
sendiri.
6.
Pelanggan
Organisasi menggunakan pendekatan ini
karena hal ini menunjukkan komitmen terhadap pelanggan, karena karyawan adalah
pemegang tanggung-jawab.
Periode Penilaian
Kinerja
Evaluasi kinerja biasanya dilakukan secara berkala
dalam interval waktu tertentu. Pada sebagian besar organisasi, penilaian
dilakukan satu atau dua kali dalam setahun. Pada umumnya, pekerja pertama kali
di evaluasi menjelang berakhirnya masa percobaan. Mengevaluasi para karyawan
baru beberapa kali selama tahun pertama mereka bekerja, juga merupakan praktek
yang lazim dilakukan.
Metode-metode
Penilaian Kinerja
Menurut Mondy &
Noe(2005), ada tujuh metode penilaian kinerja
yaitu:
1. Rating Scales
Menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala untuk mengukur
faktor-faktor kinerja (performance factor). Misalnya dalam mengukur
tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala yang digunakan adalah 1
sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika tingkat
inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, maka ia diberi nilai
3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan
terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini,
penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau prilaku
kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang
sangat negatif (high unfavorable) selama periode penilaian.
3. Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan,
kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk
pengembangan pekerja tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan perhatian
pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan atau
kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian
seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang penilai.
4. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata,
yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap
objektif, para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang
ditetapkan.
5. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya,
pekerja terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja
yang paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan
terjadi bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced
distribution
Penilai harus “memasukkan” individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah
kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para
pekerja yang termasuk ke dalam 10 persen terbaik ditempatkan ke dalam kategori
tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40 persen
berikutnya ke dalam kategori menengah, 20 persen sesudahnya ke dalam kategori
berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam kategori terendah. Bila sebuah departemen
memiliki pekerja yang semuanya berprestasi istimewa, atasan “dipaksa” untuk
memutuskan siapa yang harus dimasukan ke dalam kategori yang lebih rendah.
7. Behaviourally Anchored
Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai
berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan dimensi kinerja dan
membuat skalanya. Misalnya penilaian pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian
pelayanan pelanggan tidak menerima tip dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang
berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan
atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan
seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kinerja yang diharapkan.
Masalah-masalah
dalam Penilaian Kinerja
Menurut Mondy &
Noe(2005) masalah yang berkaitan dengan
penilaian kinerja adalah:
1. Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya
objektivitas. Dalam metode rating scale, misalnya,
faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian
adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-faktor yang terkait
dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan objektivitas.
2. Bias “Hallo error”
Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai
kriteria yang paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk
berdasarkan faktor tunggal ini.
3. Terlalu “longggar” / terlalu
“ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai
tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari
seharusnya.
Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja
seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan nilai). Penilaian yang
terlalu ketat biasanya terjadi bila manajer tidak mempunyai definisi atau
batasan yang akurat tentang berbagai faktor penilaian.
4. Kecenderungan memberikan
nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila
pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala
penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena ingin menghindari
kontroversi atau kritik.
5. Bias perilaku terbaru
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja
yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama.
Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada
saat proses penilaian dilakukan. Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode
waktu tertentu.
6. Bias pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan
dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia.
Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi
tetap menjadi masalah dalam penilain kinerja.
Karakteristik
Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif
Menurut Mondy & Noe(2005), karakteristik sistem penilaian yang efektif, adalah:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan
dengan pekerjaan / valid.
2. Ekspektasi Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang
tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi
yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
4. Penilaian yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan kepada
seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung mengamati paling tidak
sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk
menjamin konsistensi penilaian, para penilai harus mendapatkan latihan yang
memadai.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang
seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan
Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan
akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian
memberikan kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses Pengajuan
Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil
penilainnya, penetapan due process merupakan langkah penting.
Kegunaan Penilaian Kinerja
Menurut Mondy & Noe(2005), kegunaan dari penilaian
kinerja, adalah:
1. Perencanaan Sumber Daya
Manusia
2. Rekrutmen dan Seleksi
3. Pelatihan dan
Pengembangan
4. Perencanaan dan
Pengembangan Karir
5. Program Kompensasi
6. Hubungan Karyawan
Internal
7. Penilaian Potensi Tenaga Kerja
Sumber : http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/penilaian-kinerja.html